krui
Kabupaten Pesisir barat 25 Oktober 2012
Jumat, 14 Februari 2014
Selasa, 11 Februari 2014
Jumat, 13 Desember 2013
Indonesia tidak pernah dijajah 350 tahun
Benarkah Indonesia Dijajah 350
Tahun Oleh Belanda ???
Filed under: INDONESIA PURBA — 2 Komentar
Desember 27, 2011
Selama ini yang kita ketahui, Negara kita, Indonesia, dijajah oleh
Negara Belanda, dalam kurun waktu, selama 350 tahun. Namun, apakah benar
selama itu Indonesia dijajah oleh Belanda?
Kebenaran Suatu Sejarah
Akhir-akhir ini, sejarah Indonesia yang diragukan kebenarannya, sudah
banyak dibahas dan diceritakan kembali dengan versi yang berbeda.
Setelah tumbangnya era/rezim Soeharto, sebut saja seperti misalnya
sejarah tentang G-30 september, supersemar, serangan umum satu maret,
dan banyak lagi dari sejarah Indonesia, telah diteliti, ditulis,
diterbitkan kembali dengan “alur cerita” yang berbeda pula.
Sudah menjadi rahasia “umum” kebenaran suatu sejarah seringkali
dipergunakan oleh kekuatan atau rezim yang berkuasa untuk kepentingan
tertentu dan akhirnya dapat “disalahgunakan”. Adakalanya memang
pemanfaatan itu ditujukan untuk kepentingan baik bersama, suatu
kelompok, organisasi, atau bahkan suatu perjuangan (pada waktu itu),
tetapi kalau setelahnya kebenaran sejarah itu coba diteliti kembali
adalah merupakan upaya sederhana untuk meluruskan sejarah demi
perkembangan ilmu pendidikan dan informasi.
Penulis sendiri bukanlah seorang mahasiswa/dosen sejarah ataupun seorang
sejarahwan. Penulis seperti banyak dari pembaca umumnya, pernah memang
belajar sejarah semenjak duduk di sekolah dasar di Indonesia. Dalam hal
ini, penulis sendiri lebih suka menamakan dirinya sebagai peselancar di
dunia maya yang suka berimajinasi bebas. Hal ini juga bisa pembaca
simpulkan sendiri nantinya dari hasil membaca/menelusuri tulisan ini
selanjutnya.
Tulisan sederhana ini adalah rangkaian kumpulan informasi yang diperoleh
dari berbagai sumber di internet, dibarengi dengan imaginasi/khayalan
penulis sendiri, jadi bukanlah suatu studi tentang sejarah ataupun
penelitian detail dan mendalam, tentang suatu dokumen sejarah. Anggap
saja tulisan yang disajikan selanjutnya adalah merupakan wacana awal
(stimulasi) untuk membangun suatu cerita utuh akan kebenaran sepenggal
suatu sejarah.
Walaupun begitu, penulis sendiri yakin, bahwa informasi yang penulis
dapatkan di internet dan disajikan nantinya disini, adalah informasi
yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
Untuk selanjutnya, penulis berusaha mengajak teman/kawan/pembaca agar
lebih jernih kembali melihat apakah yang dimaksudkan dengan imperialisme
(penjajahan) itu, dan bagaimana prakteknya baik dulu maupun sekarang
ini di dunia yang super modern ini. Penulis juga mengajak untuk lebih
teliti dalam membaca (penggalan) informasi dan (penggalan) sejarah dan
mengajak untuk tidak cepat menelan bulat-bulat suatu pidato/ceramah dari
mana saja, terutama dari pemerintah (baca : lebih kritis).
350 Tahun Penjajahan Belanda
Penjajahan (imperialisme) adalah kebijakan memperluas kontrol atau
kekuasaan terhadap suatu wilayah/badan/negara/kerajaan asing (yang
terjajah), sebagai alat akuisisi dan/atau pemeliharaan oleh kerajaaan,
atau suatu negara (superior/penjajah), baik secara langsung melalui
penaklukan teritorial, atau tidak langsung melalui metode pelaksanaan
kontrol di bidang politik dan/atau perekonomian suatu
kerajaan/negara/pemerintah.
Sejarah yang pernah kita terima dulu di sekolah mengatakan jelas, bahwa
negara Indonesia (Nusantara) dijajah oleh negara Belanda selama 350
tahun. Kalau mengurut dari tahun kemerdekaan RI, 1945, maka artinya
negara Belanda telah menjajah negara Indonesia sejak tahun 1595 (1945
dikurangi 350).
Untuk menjawab apakah benar sejarah yang mengatakan selama itu negara
Indonesia dijajah oleh negara Belanda, ada baiknya, kita intip-intip
perjalanan sejarah ke belakang, kira-kira, apakah yang terjadi di tahun
itu (sebelum, sesaat dan sesudahnya), baik di Belanda sendiri maupun di
Indonesia. Secara singkat dan ringkasnya akan disampaikan berikut ini.
Periode (Sebelum) VOC
Republik Tujuh Negara Bagian Nederlanden (Periode 1588-1795)
Belanda sendiri sebelumnya adalah bagian dari Kerajaan Spanyol, atau
disebut dengan wilayah Habsburgse Nederlanden yang terdiri dari 17
provinsi yang berpusat di Brussel, dan dikoordinasi oleh seorang
staten-general (semacam gubernur jendral). Setiap provinsi sendiri
dipimpin oleh seorang gubernur (staat houder), walau ada beberapa
provinsi dipimpin oleh satu orang gubernur.
Latar belakang pembentukan Republik tujuh negara bagian Nederlanden
(selanjutnya disebut Republik Belanda) ini sendiri adalah disebabkan
terjadinya perang 80 tahun (1568-1648), antara Kerajaan Spanyol (Filips
II), dan tujuh provinsi, dari 17 provinsi wilayah Habsburgse Nederlanden
yang ingin memisahkan diri dari kerajaan Spanyol. Perjuangan ini
dipimpin dan dimotori oleh Willem van Oranje, gubernur dari provinsi
Holland, Zeeland, dan Utrecht.
Perang itu sendiri terjadi, karena gubernur jendral kerajaan Spanyol,
Fernando Alvarez de Toledo, memberlakukan sistem perpajakan (Tiende
Penning) yang sangat memberatkan ke-17 provinsi dibawah kuasanya. Tujuh
dari ke-17 provinsinya merasa tidak senang akan pemberlakuan
kebijaksanaan ini, dan memutuskan untuk memberontak yang diikuti dengan
aksi perang memisahkan diri. Walau perang ini sendiri berlangsung 80
tahun lamanya, tetapi hubungan diplomatik antara pihak bertikai terputus
selama 12 tahun setelahnya.
Setelahnya perang usai (80 tahun), sejarah Eropa juga mencatat, bahwa
sepanjang perjalanan Republik Belanda ini berdiri, Republik ini masih
beperang dengan beberapa negara (daerah) tetangganya, seperti data
dibawah ini :
1. Inggris : 1652-1654; 1665-1667
2. Perancis : 1672-1678; Inggris, Munster, dan Koln : 1672-1674
3. Perancis : 1688-1697
4. Spanyol : 1701-1714
5. Austria : 1740-1748
6. Inggris : 1780-1784
Sementara itu, di abad 15-16, perdagangan rempah-rempah di Eropa sangat
dikuasai oleh bangsa Portugis dan Spanyol (bersatu). Republik Belanda
yang berperang dengan Spanyol harus mencari dan menghidupi sendiri
kebutuhannya akan rempah-rempah itu.
Akhirnya, ketiga pedagang Belanda, Jan Huyghen van Linschoten dan
Cornelis de Houtman, menemukan “jalur rahasia” pelayaran Portugis, yang
membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama
di Jawa pada tahun 1595-1597.
Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman,
berlayar menuju kepulauan Nusantara (Indonesia), dan merupakan kontak
pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini mencapai Banten,
pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka terlibat dalam
perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal.
Houtman berlayar lagi ke arah timur melalui pantai utara Jawa. Mereka
sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu, berakibat pada kehilangan
12 orang awak kapal. Mereka juga terlibat perseteruan dengan penduduk
lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal.
Setelah kehilangan separuh awak kapal maka pada tahun 1597, barulah
mereka memutuskan untuk kembali ke Republik Belanda namun rempah-rempah
yang dibawa cukup untuk menghasilkan keuntungan.
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), 1602-1798
Apakah VOC ini? Sejarah jelas mencatat, bahwa VOC adalah suatu
perusahaan dagang. Walaupun banyak memiliki hak istimewa dari pemerintah
Republik Belanda pada saat itu, VOC bukanlah suatu negara ataupun
pemerintah.
VOC itu sendiri baru dibentuk pada tanggal 20 maret 1602. Alasan
pembentukan perusahaan ini murni, karena persaingan perdagangan dengan
perusahaan lain dari negara negara lain, baik dari negara yang sedang
bertikai/perang, ataupun tidak. Sebut saja, seperti contohnya perusahaan
The Britisch East India Company yang didirikan tahun 31 Desember 1600,
berpusat di Kalkuta, India.
VOC adalah perusahaan multinasional pertama di dunia. VOC juga adalah
perusahaan pertama di dunia, yang mengeluarkan saham/stock. VOC disebut
sebagai perusahaan multinasional, karena VOC sendiri adalah gabungan
dari ke-12 perusahaan nasional yang telah berdiri sebelumnya di Republik
Belanda pada saat itu, yaitu : Compagnie van Verre, de Nieuwe
Compagnie, de Oude Compagnie, de Nieuwe Brabantse Compagnie, de
Verenigde Compagnie Amsterdam, de Magelaanse Compagnie, de Rotterdamse
Compagnie, de Compagnie van De Moucheron, de Delftse Vennootschap, de
Veerse Compagnie, de Middelburgse Compagnie en de Verenigde Zeeuwse
Compagnie.
Ke-12 perusahaan itu adalah perusahaan perdagangan pelayaran yang saling
bersaing satu sama lainnya. Mengingat situasi di Republik Belanda yang
sulit pada masa itu karena selain berperang melawan Spanyol, dan juga
adanya persaingan perdagangan dari negara/kerajaan lainnya, maka
diadakanlah pertemuan para seluruh pedagang/pemegang saham/pemilik ke-12
perusahaan di atas, untuk menyatukan ide dalam pembentukan satu
perusahaan multinasional, yaitu VOC.
VOC bisa besar dan jaya begitu, memang bukan tanpa-dukungan
pemerintahnya sendiri pada waktu itu (anyway, semua perusahaan sekarang
ini di dunia ini juga, mendapat dukungan dari pemerintahnya sendiri,
tolong cmiiw). Bagaimanakah bentuk dukungan pemerintah Republik pada
waktu itu, yang dituangkan dalam Octrooi (piagam Charta), seperti
misalnya :
1. Hak monopoli berdagang selama 21 tahun
Pada waktu itu, manusia belum mengenal istilah UU-anti monopoli ataupun
UU-anti kartel. Di era yang super modern begini saja, manusia masih
melakukan praktek semacam monopoli begini, lihat saja seperti misalnya
kartel minyak OPEC, atau monopoli perusahaan negara dengan alasan
kepentingan khalayak/rakyat banyak, dsb.
2. Hak memiliki serdadu/prajurit
Hal ini wajar saja, selain karena alasan keselamatan dalam pelayaran
terhadap para perompak laut, juga karena memang waktu itu situasi di
Eropa dalam berperang dan bergejolak. Setiap kapal yang berlayar
dilengkapi dengan perlengkapan perang dan serdadu untuk menjaga
kemungkinan perang, apabila bertemu dengan kapal dari negara yang sedang
lagi bertikai misalnya.
Di era yang super modern ini, juga sering kita temukan perusahaan
menggunakan serdadu yang dilengkapai alat perang untuk mengamankan
“daerah” usahanya. Untuk ini, cobalah pembaca bandingkan sendiri dengan
Freeport misalnya, yang “memiliki” serdadu sewaan baik dari POLRI maupun
ABRI.
3. Hak menyatakan perang
VOC atas nama Gubernur Jendral, bisa mengumumkan/melaksanakan perang,
membangun benteng pertahanan yang awalnya memang dilatarbelakangi murni
karena situasi pada saat itu yang lagi berperang atau bertikai dengan
bangsa Spanyol-Portugis. Itu kenapa di Indonesia banyak sekali
peninggalan sejarah benteng-benteng pertahanan VOC yang dilengkapi
meriam.
Di era sekarang ini, perusahaan multinational bisa melakukan hal yang
sama walau caranya agak berbeda tentunya. Suatu perusahaan multinational
dapat mempengaruhi pemerintahnya sendiri, untuk “menekan” pemerintah
lain ditempat usahanya.
Lalu coba lihat seperti apa pagar pengaman perusahaan multinasional
asing yang ada di Indonesia, walau tanpa meriam, tembok besar, tinggi,
dan disertai kawat-kawat berduri, bahkan lebih “seram” dari benteng
peninggalan sejarah VOC itu sendiri.
Tahun 1603, VOC baru memperoleh izin di Banten untuk mendirikin usahanya
di kepulauan Nusantara. Di tahun 1605, bekerjasama dengan penduduk HITU
(Maluku) mengusir bangsa Portugis dari Maluku. Penduduk HITU pada waktu
itu tidak menyenangi bangsa Portugis. Atas kerjasama ini, VOC
mendapatkan izinnya untuk mengadakan perdagangan monopoli cengkeh di
daerah Maluku.
Dalam perjalanannya VOC di kepulauan Nusantara, VOC berusaha berdagang
dan mengadakan perjanjian perdagangan dengan kerajaan-kerajaaan lokal di
Nusantara, tentunya disertai persaingan dengan bangsa bangsa Eropa
lainnya yang ada di Nusantara, seperti : Portugis, Inggris, dan Spanyol,
bahkan juga pedagang China.
Persaingan dagang antar bangsa Eropa di Nusantara juga disertai perang
satu sama lainnya. Mereka berkomplot/beraliansi dengan kerajaan lokal
(Nusantara), mengadakan permusuhan dan pertikaian satu sama lainnya.
Kepulauan Nusantara sendiri baik sebelum dan awal masuknya VOC (dan
setelahnya), terdiri dari kerajaan-kerajaan yang terpecah-pecah, tidak
bersatu, dan saling bersaing (berperang) satu sama lainnya. Setelah era
kejayaan kerajaan Majapahit, kepulauan Nusantara (mulai dari kerajaan
Atjeh di pulau Sumatera, sampai ke Timur kerajaan Flores, Ternate, dan
Tidore) terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa dan
terpecah-belah.
Kerajaan-kerajaan yang terpecah-pecah ini bukanlah hasil politik dan
kebijakan VOC dalam menjalankan usaha dagangnya di Nusantara, atau
bahkan bukan pula hasil dari politik divide et impera yang tersohor itu.
Bahkan kerajaan lokal (Nusantara) sendiri juga memanfaatkan kekuatan
asing (bangsa Eropa), dalam mengusir pedagang asing di daerahnya, atau
bahkan untuk tujuan memperluas daerah kerajaannya sendiri.
Sebagai perusahaan dagang yang dimiliki pemilik modal, VOC sendiri
pertama kalinya baru membagikan dividennya di tahun 1610-1611. VOC
mengalami kebangkrutan pada 17 maret 1798, akibat banyak penyakit
korupsi di tubuhnya.
Sebelumnya di tahun 1795, setelah Revolusi di Perancis, Napoleon bersama
tentaranya, memasuki dan menduduki Republik Belanda itu sendiri, yang
berarti Republik Belanda, berada dibawah kekuasaan Perancis.
Periode Setelah VOC
Pendudukan Perancis, 1795-1815
Pada periode ini Republik Belanda sendiri mengalami beberapa kali
perubahan nama dan pemerintahan; pada periode tahun 1795-1801, Republik
Belanda berubah menjadi Republik Batavia, dibawah pengaruh kekuasaan
Perancis (de facto); lalu pada periode 1801-1806 berubah menjadi Bataafs
Gemenebest, kota/daerah koloni Republik Perancis (de facto dan de
jure); setelah itu pada periode 1806-1810 menjadi kerajaan Holland,
masih dibawah pendudukan/kekuasaan Perancis.
Pada periode ini kepala pemerintahan sendiri adalah seorang raja yang
diangkat Napoleon, yaitu Lodewijk Napoleon Banaparte (adik kandung
Napoleon sendiri); akhirnya pada periode 1810-1815, wilayah Republik
Belanda sendiri adalah bagian wilayah kekaisaran Perancis.
Pada saat VOC bangkrut, 1798, kerajaan Belanda yang waktu itu sudah
berubah menjadi Republik Batavia mengambil alih (menasionalisasi)
perusahaan ini. Sejak saat itu, semua hutang dan aset VOC menjadi
tanggung jawab pemerintah Republik Batavia.
Artinya juga adalah semua harta kekayaan yang ada di Nusantara adalah
menjadi milik Republik Batavia, berhubung Republik Batavia pada saat itu
akhirnya berada dibawah kekuasaan Perancis, artinya semua harta yang
dimiliki di Nusantara juga dibawah penguasaan Perancis. Dari awal tahun
1800 inilah dikenal dengan istilah Nederlands-Indië, sebutan buat koloni
Republik Batavia (Belanda) di kepulauan Nusantara.
Di tahun 1811, Inggris (yang waktu itu perang melawan Perancis),
mengalahkan kekuatan Republik Batavia (bagian dari Kekaisaran Perancis)
di kepulauan Nusantara, dan mengambil alih penguasaan harta dan kekayaan
yang dimiliki Republik Batavia di Nusantara, serta menunjuk Thomas
Raflles menjadi gubernur jendralnya, 1811-1816.
Baru setelah Perancis kalah perang (1814) dari Inggris, sesuai dengan
perjanjian kongres Vienna (1815), Perancis menyerahkan kedaulatan
wilayah Belanda kembali ke orang Belanda sendiri. Sesuai dengan hasil
kongres Vienna itu, Republik Batavia pun dirubah bentuk menjadi bentuk
Kerajaan Belanda (United Kingdom of the Nederlands) yang beranggotakan
beberapa negara dan wilayah otonomi, seperti Kerajaan Belanda sekarang
ini, Belgia yang sekarang ini (sampai tahun 1830), dan sebagaian wilayah
Luxemburg yang sekarang ini (atau sering kita kenal dengan istilah
BeNeLux).
Harta di kepulauan Nusantara yang tadinya dimiliki dan dikuasai oleh
Inggris, juga diserahkan dari Inggris ke United Kingdom of the
Nederlands, tahun 1816. Kembalinya harta dan kekayaan ini diikuti dengan
pengiriman kekuatan militer besar besaran pada periode 1816-1820 dari
United Kingdom of the Nederlands, ke kepulauan Nusantara.
Cultuurstelsel, 1825
Setelah mengalami perang dan revolusi, kerajaan United Kingdom of the
Nederlands membutuhkan dana yang besar untuk membangun kembali wilayah,
pemerintahan, ekonominya yang telah hancur. Oleh karena itu, gubernur
jendral yang pada waktu itu, memerintah kepulauan Nusantara
(Nederlands-Indië), Johannes van den Bosch mengusulkan suatu ide untuk
“menguras” Jawa jadi mesin pencipta duit/uang (keuntungan), usulnya
inilah dituang dalam Cultuurstelsel.
Petani Jawa dipaksa untuk menanam tanaman gula, kopi, dan nila di daerah
1/5 dari tanah miliknya. Petani memang mendapatkan upah buruh tani dari
hasil tanamannya, dan bukan berbentuk keuntungan dari hasil penjualan
produk pertaniannya. Tentunya upah buruh yang diperoleh petani,
sangatlah kecil bila dibandingkan dengan sistem bagi hasil keuntungan.
Pemerintah kerajaan Belanda pada saat itu setuju, dan mendukung program
ini (cultuurstelsel), serta menstimulasi pegawai pegawainya (ambtenaren)
juga bupati pribumi (inheemse regenten), dengan memberikan persentase
keuntungan penjualan produk-produk pertanian yang kebetulan pada waktu
itu, adalah produk primadona dalam kegiatan export-import perdagangan.
Perbandingan yang sangat mencolok antara pemberian upah buruh kepada
pekerja (sekalian pemilik lahan), dengan persentase pembagian hasil
keuntungan kepada pegawai pemerintah dan bupati pribumi tentunya,
menimbulkan perasaan rasa sakit hati, cemburu, dan berujung kemarahan
ataupun pemberontakan. Sehingga dapat dimengerti, kalau selanjutnya
dalam perjalanan sejarah akan timbul perlawanan dari rakyat pada saat
itu (akibat ketidakadilan).
Penutup dan Kesimpulan
Penulis tidak berusaha membahas apakah VOC adalah penjajah atau tidak?
Dicatat dalam sumber sejarah, bahwa VOC adalah suatu perusahaan
perdagangan yang dimiliki oleh para pemegang saham, beroperasi dan
menjalankan usahanya secara monopoli. Didalam etika bisnis dijaman
sekarang ini, tindakan monopoli adalah tindakan yang SALAH dan sangat
“diharamkan”.
Kalaupun dalam praktik dagangnya, VOC banyak melanggar nilai-nilai
kemanusiaan, penulis juga tidak berusaha membantah ini. Kalaupun bentuk
aliansi dengan kerajaan-kerajaan lokal di kepulauan Nusantara untuk
menaklukan dan menjajah kerajaan lokal lainnya dapat menyimpulkan, bahwa
VOC adalah penjajah, penulis juga tidak berusaha menentang teori ini,
silahkan pembaca menyimpulkan sendiri apakah VOC itu adalah penjajah
atau bukan.
Penulis bisa menyimpulkan, bahwa orang Belanda memang benar sudah ada
selama 350 tahun lamanya (dari sebelum merdeka) di kepulauan Nusantara,
semenjak tahun 1596, empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de
Houtman berlayar menuju kepulauan Nusantara (Indonesia), dan merupakan
kontak pertama Indonesia dengan Belanda.
Penulis juga bisa menyimpulkan, bahwa VOC itu adalah perusahaan dagang
milik orang Belanda. VOC memang memiliki hak istimewa, tapi bukan
(seperti) negara, lebih jauh VOC bukanlah pemerintah Republik Belanda
ataupun pemerintah Kerajaan Belanda. Oleh karena itu, penulis dapat
menyimpulkan, bahwa : penjajahan negara Belanda sendiri di kepulauan
Nusantara baru dimulai dilakukan, kira-kira tahun 1816, tepatnya ketika
harta VOC yang telah diambil alih oleh Republik Batavia, yang telah
dikuasai oleh Inggris sebelumnya, dikembalikan ke United Kingdom of the
Nederlands. Nah hitung sendiri itu berapa tahun lamanya.
Iman, Akal dan hati
” Orang Orang
Yang Hidup Dalam Pelbagai Pandangan Hidup, Pandangan-Dunia, Sistem Filsafat,
Ideologi Dan Lain Sebagainya, Banyak Sekali Yang Berprasangka Dan Salah
Pengertian Tentang Nisbah Antara Iman Dan Akal Budi. Mereka Menyangka, Bahwa
Terdapat Suatu Jurang Yang Tak Kunjung Dapat Disebrangi Antara Iman Dan
Pengenalan, Antara Iman Dan Pegetahuan, Antara Iman Dan Ilmu Pengetahuan,
Antara Iman Dan Filsafat Dst.”1).
Di Antara Ahli-Ahli Ilmu Pengetahuan
Banyak Terdapat Orang Yang Setia Kepada Agamanya Dan Di Kalangan Kaum Agama
Banyak Yang Sama Sekali Tidak Merasa Asing Dalam Dunia Ilmu Pengetahuan. Akan
Tetapi Tidak Sedikit Pula Ahli Ilmu Pengetahuan Yang Tak Acuh Akan Agama,
Bahkan Memusuhinya Dan Banyak Alim Ulama Yang Takut Akan Ilmu Pengetahuan Dan
Terang-Terangan Mencelanya Dan Memusuhinya. Karena Itu Timbul Anggapan Pada
Sebagian Orang, Seakan-Akan Ada “Perang Dingin” Atau Pertentangan Antara Agama
Dengan Ilmu Pengetahuan Dan Sebagaian Lagi Bertanya-Tanya, Bagaimana Sebenarnya
Duduk Perkara. 2).
”Masalah
Tentang Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Itu Terluas Untuk Dibicarakan
Dalam Sebuah Risalah”, Kata Soedewo P.K. ” Akan Tetapi Terlalu Penting Untuk
Didiamkan”.3).
Akal Budi
Dalam Struktur
Rohani Manusia Ada Satu Potensi Yang Dinyatakan Dengan Perkataan Ratio (Latin),
Akal (Bahasa Arab: ‘Aqal), Budi (Bahsa Sansekerta: Buddi), Akal Budi (Satu
Perkataan Yang Tersusun Dari Bahasa Arab Dan Bahasa Sansekerta), Nous (Bahasa
Yunani), Reason (Bahasa Perancis Dan Inggris), Verstand, Vernuft (Bahasa
Belanda) Dan Vernunft (Bahasa Jerman).
Apakah Akal
Budi Itu?
Akal Budi Ialah
Satu Potensi Dalam Rohani Manusia Yang Berkesanggupan Untuk Mengerti Sedikit
Secara Teoritis Realita Kosmis Yang Mengelilinginya Dalam Mana Ia Sendiri Juga
Termasuk, Dan Untuk Secara Praktis Merobah Dan Mempengaruhinya.
Intelegensi
Manusia Hanya Dapat Meneropong Kenyataan Kosmos Itu Untuk Taraf Tertentu Saja.
Kosmos Yang Dimengerti Sedikit Oleh Akal-Budi Ialah ”Kosmos Noetos”, Artinya :
Kosmos Yang Dapat Dikenal; Atau Dalam Istilah Lain Yang Lebih Klasik: ”Esse Est
In Intellectu”, Artinya: Keadaan (Yang Diciptakan) Itu Juga Hadir Dalam
Pemahaman Intelektuil Kita Atas Realitas Itu.
Struktur
Rasionil Ini Menyanggupkan Manusia Untuk :
1.
Membentuk Pengertian-Pengertian,
2.
Merumuskan Pendapat-Pendapat,
3.
Menarik Kesimpulan-Kesimpulan,
Struktur
Rasionil Ini Bukan Saja Memberikan Kemungkinan Kepada Manusia Untuk Menyelami
Sedikit Dari Apa Yang Secara Mathematis Dapat Dibuktikan Dan Secara
Eksperimentil Dapat Dinyatakan Itu. Ia Bukan Saja Membuka Jalan Kepada Manusia
Itu Untuk Memahami Hal-Hal Yang Dapat Dihitung, Ditimbang, Diukur, Serta Yang
Dapat Diselidiki Sebagai Objek Yang Nampak. Rasio Juga Menyanggupkan Manusia
Itu Menjelajahi Dunia Rohaniah......, Seperti Yang Logis, Yang Psychis, Yang
Yuridis, Yang Etis, Yang Religius Dan Sebagainya. 4).
Akal-Budi Dan
Batas-Batasnya.
Emmanuel Kant
(1724-1804), Seorang Filsuf Besar Jerman Yang Masih Besar Pengaruhnya Sampai
Sekarang Dalam Pelbagai Lapangan, Hidup Dalam Zaman Rasionalisme Abad Ke-18. Semboyannya
Ialah : ”Sapera Aude”- ”Beranikan Menggunakan Akal-Budimu”. Namun Dalam Bukunya
Yang Terkenal Kritik Der Theoritische Vernunft, Beliau Menandaskan, Bahwa
Penyalidikan Dengan Akal-Budi Benar Dapat Meberikan Suatu Pengetahuan Tentang
Dunia Yang Nampak Itu, Tetapi Akal-Budi Itu Sendiri Tidak Sanggup Memberikan
Kepastian-Kepastian, Dan Bahwa Berkenaan Dengan Pernyataan-Pernyataan Terdalam
Tentang Allah, Manusia, Dunia Dan Akhirat, Akal Budi Manusia Itu Tidak Mungkin
Memperoleh Kepastian-Kepastian, Melainkan Hidup Dalam Pengandain-Pengandaian,
”Postulat-Postulat” 5). Kant Yang
Disebut Sebagai ”Raksasa Ahli Pikir” Itu, Insaf, Bahwa Hakikat Itu Tidak Dapat
Dicapai Dengan Akal Yang Kekuatannya Terbatas Itu. Baru Akan Bertemu Bila Akal
Dipisahkan Dari Diri, Dan Dia Dijadikan Orang Ketiga Untuk Mempertemukan Si Aku
Dengan Si Dia! Padahal Itu Mustahil. Benar Juga Yang Dikatakannya, Bahwasanya
Perkara Besar Itu Ada, Tetapi Letaknya Adalah Diatas Akal (Trancendental).
Sebab Itu Berkatalah Beliau : ”Ich Musste Das Wissen Aufheben, Aum Zum Glauben
Platz Zu Bekommen”.- ”Saya Terpakasa Berhenti Sejenak Dari Pengetahuan, Supaya
Saya Sediakan Tempat Buat Iman”. 6).
Kant
Berpendapat Bahwa Logika Tak Dapat Membawa Keyakinan Tentang Adanya Tuhan Oleh
Karena Itu Ia Pergi Kepada Perasaan. Perasaaan Inilah Yang Dapat Membuktikan
Dengan Sejelas-Jelasnya Bahwa Tuhan Itu Mesti Ada. Kalau Akal Memberi Kebebasan
Bagi Manusia Untuk Percaya Atau Tidak Percaya Pada Adanya Tuhan, Hati Sanubari
Memberi Perintah Kepadanya Untuk Percaya Bahwa Tuhan Itu Ada. 7).
Kecenderungan Melewati Batas Pada
Akal-Budi.
”Rasio Manusia Itu”, Kata Dr.J. Verkuyl
Pula,” Cenderung Sekali Melewati Batas-Batas Kesanggupannya Dan Menjadi Tinggi
Hati Serta Mengabdi Kepada Semu Dan Dusta. Ia Bertindak Seakan-Akan Semacam
Dewa, Mengangkat Dirinya Menjadi Ukuran Yang Termulia Dan Terakhir, Bertindak
Selaku Hakim Tertinggi Atas Kebenaran.”
”Sutau Ucapan Yang Menyolok Bertalian
Dengan Semu Dan Hal Melebih-Lebihkan Nilai Rasio Ini Kita Jumpai Pada Descartes
(Kurang Lebih 1650). Ia Adalah Anak Zaman Renaissance Dan Humanisme, Dan Dalam
Sejarah Filsafat Ia Disebut Bapak Dari Rasionalisme. Dalilnya Yang Termasyhur
Berbunyi : ”Cogito Ergo Sum”-” Aku Berfikir, Jadi Aku Ada”. Dengan Itu Ia
Maksud, Bahwa Kal Budi Itu, Pemikiran (Cogitare) Itu, Adalah Sumber, Khalik,
Ukuran Serta Norma Dari Segala Kebenaran Tentang Allah, Manusia, Dan Dunia. Ia
Yakin Bahwa Rasio Manusia Itu, Apabila Mengikuti Hukum-Hukum Logikanya Sendiri,
Sanggup Dari Dirinya Memberi Jawab Atas Pertanyaaan-Pertanyaan Yang Terdalam
Dari Hati Manusia Tentang Allah, Manusia Dan Dunia. Rasio Itu Ia Tempatkan Pada
Tempat Yang Tertinggi, Dan Ia Buat Rasio Itu Menjadi Yang Berdaulat. Ia Lupa,
Bahwa Kita Seharusnya Mengatakan : ”Deus Est, Ergo Sum”- ”Tuhan Itu Ada, Jadi
Aku Ada”. 8).
Jolivet Dalam Le Thomisme Et La Critique
De La Connaisance : ”Ce N’ Est Pas Parce Que Je Pense Que Je Suis, Mais C’est
Parce Que Je Suis Que Je Pense”.-”Bukanlah Karena Aku Berfikir Maka Aku Ada,
Melainkan Karena Aku Ada Maka Aku Berfikir”. 9).
(Ketika Kita Berbincang Tentang Masalah
Kepercayaan Dalam Renungan Yang Lalu, Antara Lain Kita Singgung Ironi Pada Rene
Descartes Ini. Se-Otak-Otakanya Descartes, Namun Beliau Tidak Dapat Melepaskan
Dirinya Sama Sekali Dari Satu Kepercayaan; Sekurang-Kurangnya Dalam Hal Ini Dia
Percaya Kepada Rasio-Nya).
Dengan Menggunakan Rasionya Manusia Itu
Membuat Bagi Dirinya Dewa-Dewa Dan Dewi-Dewi, Menyusun Sendiri Suatu Gambaran
Daripada Allah, Yang Bercorak Segala Rupa, Pantheistis, Polytheistis,
Monotheistis Dsb. Bahkan Dapat Pula Terjadi, Bahwa Manusia Itu Menggunakan
Rasionya Untuk Membuktikan, Bahwa Allah Itu Ada Atau Bahwa Ia Tidak Ada Atau
Bahwa Allah Itu Tidak Dapat Dikenal. Padahal, Allah Itu Bukanlah Suatu Objek
Pengenalan Seperti Tiap-Tiap Benda Yang Ada. Satu-Satunya Yang Dapat Mengenal
Allah Ialah Allah. Dan Satu-Satunya Kemungkinan Untuk Mengenali Allah Ialah
Pernyataan-Diri Allah. Pernyataan Itulah Satu-Satunya Sumber Pengetahuan Kita
Tentang Allah. Rasio Itu Tidak Dapat Menciptakan, Menghasilkan, Membangkitkan
Pernyataan Itu. Terhadap Allah Satu-Satunya Sikap Yang Layak Bagi Manusia Ialah
: Dengar-Dengaran, Percaya Dan Patuh. 10).
D.C. Mulder. ”Hal Itu Melebihi Akal
Manusia. Tidak Dapat Dibuktikan Bahwa Allah Itu Ada (Dan Bukti-Bukti Yang
Dikemukakan Itu Memang Tidak Meyakinkan Orang Yang Belum Yakin Dahulu); Tetapi
Juga Tidak Dapat Dibuktikan Bahwa Allah Itu Tidak Ada. Inilah Soal Keyakinan,
Bukan Soal Akal, Ilmu Atau Bukti. Allah Diterima Manusia Dengan Kepercayaan.
Akan Tetapi Janganlah Disimpulkan : Jadi Kepercayaan Itu Bertentangan Dengan
Akal. Bukan Demikian Soalnya. Kepercayaan Itu Tidak Bertentangan Dengan Akal,
Melainkan Kepercayaan Itu Melebihi Akal Dan Mendahului Akal; Apalagi
Kepercayaan Atau Keyakinan Itu Mempengaruhi Akal”. 11).
”Akal Itu Adalah Sebuah Timbangan Yang
Cermat, Yang Hasilnya Adalah Pasti Dan Dapat Dipercaya”, Demikian Tulis Ibn
Khaldun (1332-1406) Seorang Pujangga Dan Filsuf Besar Muslim Dan Bapak
Sosiologi Dalam Bukunya Yang Terkenal Muqaddimah Jilid Iii Muka 29, ”Tetapi Mempergunakan
Akal Itu Untuk Menimbang Soal-Soal Yang Berhubungan Dengan Keesaan Allah, Atau
Hidup Di Akhirat Kelak, Atau Hakikat Kenabian (Nubuwwah), Atau Hakikat
Sifat-Sifat Ketuhanan, Atau Lain-Lain Soal Yang Terletak Di Luar Kesanggupan
Akal, Adalah Sama Dengan Mencoba Mempergunakan Timbangan Tukang Emas Untuk
Menimbang Gunung. Ini Tidaklah Berarti Bahwa Timbangan Itu Sendiri Tidak Boleh
Dipercaya.
Soal Yang Sebenarnya Ialah, Bahwa Akal
Itu Mempunyai Batas-Batas Yang Dengan Keras Membeatsinya; Oleh Karena Itu Tidak
Bisa Diharapkan Bahwa Akal Itu Dapat Memahami Allah Dan Sifat-Sifat-Nya, Karena
Otak Hanyalah Satu Dari Beberapa Atom Yang Diciptakan Oleh Alllah ....” 12).
Alam Semesta : Buku Terbuka?
Syahdan Tersebutlah Sebuah Buku Berjudul
History Of Philosophy: Eastern And Western, Terdiri Atas Dua Volume, Yang
Di-Editori Oleh Sarvepalli Radhakrishnan, Seorang Filsuf Dan Negarawan India.
Yang Menarik Ialah, Buku Tersebut Diberi
Introduction Oleh Maulana Abul Kalam Azad, Seorang Filsuf Dan Negarawan
India Beragama Islam Dan Ditutup Dengan Concluding Survey Oleh Radhakrishnan,
Sang Editor.
Dalam Introduction-Nya, Azad Mengawali
Tulisannya Dengan : ”A Persian Poet Has
Compared The Universe To An Aold Manuscript Of Which The First And The Last
Pages Have Been Lost. It Is No Longer Possible To Say How The Book Began, Nor
Do We Know How It Is Likely To End”.- (”Seorang Pengair Persia Mengibaratkan
Alam Semesta Ini Sebagai Menuskrip Kuna, Yang Bagian Awal Dan Akhirnya Sirna.
Sehingga Tak Dapat Lagi Dikatakan Betapa Awal Buku Tersebut, Tak Dapat Pula
Dikatakan Betapa Pula Kiranya Akhirnya.”)
Ma Zi Aghnaz O Zi Anjam-I-Jahan Bi
Khabar-Im
Awwal-O-Akhir-I-In Khna Kitab Uftad Ast
13).
Sementara Itu Radhakrishnan Menulis Dalam
Concluding Surveynya :
”While The Universe Is A Developing
Process, It Is Not Self Explanatory. Science Can Trace The Facts And Their
Interconnections But Cannot Offer Any Explanation Of The World It Attempts To
Discribe. The Bhagavat Gita Says : Beginnings And Ends Are All Unknown; We Only
Know The Middle Which Is In Constant Flux. (Alam Semesta Ini Dalam Proses
Mengembang, Tiada Penjelasan Sendiri. Ilmu Pengetahuan Dapat Menjajagi Jejak
Fafta Dan Antar-Hubungan Fakta Tersebut, Tetapi Tidak Dapat Mengemukakan
Penjelasan Tentang Alam Semesta Yang Dicoba Dilukiskannya Itu. Bhagavat Gita
Berkata: Baik Permulaan Maupun Akhir Tidak Diketahui, Kita Hanya Mengetahui
Tengahnya Dalam Aliran Yang Tetap):
Avyaktadini Bhutani Vyaktamadhyani
Bharata
Avyaktani Dhanany Eva Tatra Ka
Parivedavana. 14).
Karl Barth (Lahir 1888), Guru Besar
Teologi Bangsa Jerman, Berkata Bahwa Dunia Itu .... Toh Masih Merupakan Naskah
Yang Sedikit Banyakanya Dapat Dibaca, Dan Bahwa Manusia Itu Sebagai Tujuan
Dunia Adalah Serentak Pembaca Dan Penafsir Naskah Ini 15).
Albert Einstein Memberikan Penghormatan,
Yang Akan Meniadakan Setiap Kesangsian Dari Ahli-Ahli Filsafat Yang Bersaingan,
Kepada Sir Isaac Newton (1642-1725), Ahli Ilmu Pasti, Ahli Fisika Dan Astronomi
Bangsa Inggiris, Yang Mempunyai Reputasi Dalam Bidang Garapannya Itu . Einstein
Berkata : Nature For Him Was An Open Book Whose Letters He Could Read Without
Effort. In One Person He Combined The Experimenter, The Theorist, The Mechanic
And, Not Least, He Artist In Expression”. (Baginya (Bagi Newton – E.S.A.) Alam
Semesta Adalah Sebuah Buku Terbuka, Yang Hurf-Hurufnya Dapat Dibacanya Tanpa
Susah Payah. Dalam Satu Pribadi Dikumpulkannya : Ahli Eksperimen, Ahli Teori,
Ahli Mekanik Dan Tidak Kurang Dari Itu Seorang Seniman Dalam Pengucapannya).
Bagamimana Penilaian Newton Terhadap
Prestasinya Sendiri?
”If I Have Seen Farther Than Other Men”,
Newton Sekali Berkata ”It Is By Standing On The Shoulders Of Giants” – ”
Apabila Saya Dapat Melihat Lebih Jauh Dari Orang-Orang Lain, Itu Berkat Saya
Berdiri Di Atas Bahu Para Raksasa”. Yang Dimaksudkan Beliau Dengan Para Raksasa
Ialah Para Raksasa Dalam Bidang Ilmu Pengatahuan Yang Mendahuluinya, Seperti :
Copernicus, Tycho, Brahe, Kepler Dan Galileo.
Penilaian Newton Sendiri Atas Kariernya,
Yang Dibuatnya Pada Masa Akhir Dari Suatu Hidup Yang Panjang, Adalah Sangat
Khas Bagi Sifatnya Yang Rendah Hati:” I Do Not Know What I May Appear To The
World, But To My Self I Have Seen To Have Been Only Like A Boy On The Seashore,
And Diverting Myself In Now And Finding A Smoother Pebble Or A Prettier Shell
Than Ordinary, While The Great Ocean Of Truth Lay All Undiscovered Before Me” –
”Saya Sendiri Tidak Tahu Bagaimana Saya Dalam Mata Dunia, Namun Bagi Saya
Sendiri, Saya Hanya Ibarat Seorang Anak Kecil Berdiri Di Tepi Pantai, Yang
Menghibur Saya Dengan Sekali-Sekali Menemukan Sebuah Karang Yang Lebih Halus
Atau Sebuah Lokan Yang Lebih Elok Dari Yang Biasa; Sedangkan Samudera Kebenaran
Terbentang Di Depan Saya Dengan Tiada Terselami Sama Sekali.” 16).
”Thus Gradually Philosophers And
Scientist Arrived At The Startling Conclusion That Since Every Object Is Simply
The Sum Of Its Qualities, And Since Qualities Exist Only In The Mind, The Whole
Objective Universe Of Matter And Energy, Atoms And Stars, Does Not Exist Expect
As Construction Of The Consciousness, An Edifice Of Conventional Symbols Shaped
By The Senses Of Man” 17). Lama-Kelamaan Pada Filsuf Dan Ahli Ilmu Pengetahuan
Alam Mencapai Suatu Kesimpulan Yang Mengejutkan: Karena Tiap-Tiap Benda Adalah
Jumlah Sifat-Sifatnya Belaka Dan Karena Sifat-Sifat Itu Hanya Ada Dalam Batin
Saja, Maka Seluruh Alam Obyektif, Yang Tersusun Dari Materi Dan Enersi,
Atom-Atom Dan Bintang-Bintang, Hanya Ada Sebagai Suatu Susunan Yang Dibangun
Oleh Kesadaran, Suatu Bangunan Yang Tersusun Dari Lambang-Lambang Yang
Disepakati Dan Dibentuk Oleh Indria-Indria Manusia 18). Demikian Ditulis Oleh
Lincoln Barnett Ketika Beliau Berbicara Tentang The Universe And Dr Einsten.
Pada Bagian Lain Beliau Menulis Pula :
For Only World Man Can Truly Know Is The World Created For Him By His Senses.
If He Expunges All The Impressions Which They Translate And Memory Stores,
Nothing Is Left” 19). – Satu-Satunya Alam Yang Benar-Benar Dapat Diketahui
Manusia Ialah Alam Yang Diciptakan Baginya Oleh Indria-Indrianya. Jika Dia
Hapuskan Sekalian Kesan, Yang Disalin Oleh Idria-Indria Dan Disimpan Oleh
Ingatan Itu, Maka Suatu Pun Tidak Ada Yang Tinggal 20).
Sir Arthur Eddington (1882-1944), Seorang
Ahli Binatang Yang Sangat Termahsyur Bangsa Inggris, Berkata: ”Kita Menemukan
Bekas Kaki Yang Ganjil Pada Pantai Suatu Yang Tak Dikenal. Kita Rekakan Teori
Yang Muskil-Muskil, Satu Demi Satu, Untuk Menerangkan Asalnya. Akhirnya
Berhasillah Kita Menyusun Kembali Makhluk Yang Meninggalkan Bekas Kaki Itu. Dan
Ah, Itu Bekas Kaki Kita Sendiri.” 21).
Lincoln Barnett. ”Realization That Our
Whole Knowledge Of The Universe Is Simply A Residue Of Impressions Clouded By
Our Imperfect Senses Makes The Quest For Reality Seem Hopeless” 22). – Sadar
Bahwa Pengetahuan Kita Tentang Alam Semesta Itu Hanyalah Sisa Dari Kesan-Kesan
Yang Terhijab Oleh Indra Kita Yang Serba Tidak Sempurna, Membawa Kepada
Kesimpulan, Bahwa: Menangkap Realitas Itu Tak Dapat Diharapkan.
Joseph V. Kopp Mencatat Pandangan
Teilhard De Chardin Mengenal Kosmos Sebagai Berikut: ”Dalam Kenyataan,
Pandangan Kita Tentang Kosmos Hanya Dapat Diibaratkan Suatu Potongan Tipis Dari
Penampang Lintang Sebuah Pohon, Yang Akrnya Jauh Di Masa Lampau Dan
Cabang-Cabangnya Jauh Ke Ketinggian Masa Mendatang. Seluruh Dunia Di Masa
Lampau, Di Masa Sekarang Dan Di Masa Mendatang Akan Selalu Merupakan Suatu Masa
Yang Terus-Menerus Berkembang. Segala Yang Ada Di Dunia Berasal Dari Beberapa
Unsur Yang Mengubah Diri Sendiri Sesuai Dengan Hukum Perkembangan Ke Arah
Keadaan Yang Semakin Kompleks”. 23).
William Shakespeare (1564-1616), Penyair
Dan Dramawan Bangsa Inggris, Melalui Mulut Hamlet Prince Of Denmark Berkata:
There Are More Things In Heaven And
Earth, Horatio
Than Are Dreamt Of In Your Philosophy
(Adalah Lebih Banyak Hal Di Langit Dan Di
Bumi, Horatio
Daripada Yang Diimpikan Dalam Filsafatmu).
Dari Uraian-Uraian Yang Tertera Di Atas
Bertambah Jelaslah, Bahwa Potensi Yang Ada Pada Manusia Itu Sangatlah Terbatas
Untuk Menangkap Realitas Alam Semesta Yang Nampaknya Demikian Real Itu Saja
Pun. Konon Apalagi Menangkap Alam Lainnya Yang Im-Material. Lebih-Lebih Lagi
Mendekati Hakikat Tuhan Yang Maha Mutlak Dengan Potensi Manusia Yang Serba
Nisbi Ini.
Ujung Akal-Budi: Awal Iman
Francis Balcon (1561-1626), Pelopor
Filsafat Baru, Bangsa Inggris, Menulis: ”A Little Philosophy Inclineth Man’s
Mind To A Theism; But Depth Philosophy Bringeth Men’s Minds About To Religion”
24). – Filsafat Yang Picik Membawa Pendapat Manusia Cenderung Kepada Atheisme;
Tetapi Filsafat Yang Dalam Membawa Pendapat Manusia Kepada Agama.
Waktu Orang-Orang Komunis Rusia Dapat
Membuat Sputnik, Seluruh Dunia Geger Karena Hebatnya Propaganda Mereka.
Surat-Surat Kabar Di Rusia Dan Di Negara-Negara Komunis Lainnya, Begitu Pula Di
Indonesia (Pada Tahun 1959 – E.S.A.), Memuat Kejadian Itu Dengan Huruf-Huruf
Besar, ”Satu Kemenangan Dalam Pertandingan Melawan Tuhan”. Dengan Rasa Bangga
Mereka Berkata:
”And There We Have Our Sputnik!
No Secret A New Born Planet.
Modest In Its Size; But It Is Made By Us,
Not By The God Of The Old Testament!”
(Lihatlah! Inilah Sputnik Kami!
Jelas, Ini Adalah Planit Yang Baru Lahir.
Sesederhana Dalam Bentuknya; Tetapi Ini
Buatan Kami,
Bukan Buatan Tuhan Dari Perjanjian Lama!)
25).
Dr Werner Von Braun, Direktur N.A.S.A.
(National Auronautical And Space Administration) Salah Seorang Pencipta Dan
Yang Ikut Memperkembangkan Roket Yang Meluncurkan Satelit Pertama Amerika
Serikat, Beliau Menyatakan:
”In Our Modern World, Many People Seem To
Feel That Our Rapid Advances In The Field Of Sciences Render Such Things As
Religious Belief Untimely And Old Fashioned. They Wonder Why We Should Be
Satisfied In Believing Something When Science Tells Us That We Know So Many
Things. The Simple Answer To This Contention Is That We Are Confronted With
Many More Mysteries Of Nature Today Than When The Age Of Scientific
Enlightenment Began. With Every New Answer Unfolded, Science Has Consistently
Discovered At Least Three New Questions.
The Answer Indicate That Anything As Well
Ordered And Prefectly Created As In Our Earth And Universe Must Have A Maker, A
Master Designer. Anything So Orderly, So Perfect, So Precisely Balanced, So
Majestic As This Creation Can Only Be The Product Of A Divine Idea”.
”Dalam Dunia Modern, Banyak Orang Mengira
Bahwa Kemajuan-Kemajuan Kita Yang Pesat Di Bidang Ilmu Pengetahuan Membuat
Hal-Hal Seperti Kepercayaan Agama Menjadi Tak Cocok Dengan Zaman (Sudah Kuno).
Mereka Bertanya Apakah Kita Harus Puas Untuk Mempercayai Sesuatu Di Mana
Melalui Ilmu Pengetahuan Kita Mengetahui Sedemikian Banyak Hal. Jawabnya
Terhadap Ini Adalah Bahwa Kita Sekarang Dihadapakan Pada Masa Tatkala Lebih
Banyak Misteria-Misteria Daripada Masa Tatkala Manusia Mulai Berfikir Secara
Ilmiah. Setiap Kali Ada Satu Masalah Diketahui Jawabnya, Ilmu Pengetahuan
Menemukan Lagi Sekurang-Kurangnya Tiga Masalah Baru.
Jawaban-Jawabannya Memberi Petunjuk,
Bahwa Sesuatu Yang Disusun Demikian Rapi Seperti Bumi Dan Alam Semesta Kita,
Tentu Ada Pembuatnya, Ada Perencanannya. Sesuatu Yang Sedemikian Sempurna Dan
Agungnya Tak Boleh Tidak Adalah Hasil Dari Suatu Cita Ilahi.” 26).
Will Durant Dalam Bukunya Pleasure Of
Philosophy Merekam Sir James, Melukiskan Kesukaran-Kesukarannya Ketika Dia
Menghadapi Masalah Tuhan, Yang Namun Pada Akhirnya Menyatakan : ”Men Will
Always Believe In God, Because Idea Of Power United With Perfection Satisfied And Stimulates The Soul;
It Is Pleasent To Be Friends With Omnipotence”. – Yah, Manusia Akan Selau
Percaya Kepada Tuhan, Karena Cita Tentang Kekuasaan Yang Disatukan Dengan
Kesempurnaan Memberi Kepuasan Dan Kehidupan Pada Jiwa; Adalah Senang Dan Nikmat
Untuk Menjadi Sahabat Yang Maha Kuasa. 27).
J.W.N. Sullivan Sampai Kepada Kesimpulan,
Bahwa: ”Science Is Persued Not Only Because Of Practical Use, But Also It Leads
To Highest Conciousness, And That’s Cosmological Religious Experience” 28). –
Ilmu Pengatahuan Itu Dicari Bukan Sekedar Untuk Penggunaan Praktis, Melainkan
Juga Untuk Membimbing Kita Ke Arah Kesadaran Tertinggi, Yaitu Yang Disebut
Pengalaman Keagamaan Yang Kosmologis.
Faktor Hati Di Samping Akal-Budi
Blaise Pascal (1623-1662), Filsuf Dan
Ahli Ilmu Pasti Bangsa Perancis, Salah Sorang Pendasar Hitungan Dugaan
(Hitungan Kemungkinan). Di Lapangan Imu Pasti Ia Nyata Seorang Geni; Meskipun
Begitu Kepercayaanya Terbatas Terhadap Akal Manusia; Filsafatnya Pun Bercorak
Mistik: Kebenaran Hanya Dapat Kita Ketahui, Jika Kita Mau Mendengarkan Suara
Hati Kita (”Logique Du Coeur”), Demikian Ajaran Pascal 29).
Dalam Abad Ke-17 Pascal-Lah Yang Secara
Tajam Sekali Memahami Penyalah-Gunaan Akal-Budi Ini. Pascal Adalah Salah
Seorang Yang Tertajam Otaknya Dari Antara Para Cerdik-Cendekiawan Dalam Abad
Itu. Dengan Keulungan Berpikir Yang Jarang Ada Bandingannya. Tetapi Justru Dia
Ini Lebih Menyadari Bahwa Di Balik Akal-Budi (La Raison) Itu Terletak Hati (Le
Coeur) Manusia. ”Le Coeur A Ses Raisons Que La Raison Ne Connait Pas”. – ”Hati
Itu Mempunyai Alasan-Alasannya Yang Tak Dimengerti Akal-Budi Itu”, Demikianlah
Tulisannya Dalam ”Pensees”-Nya. 30).
Pesan Mohammad Hatta
Bagaiman Hubungan Hati Dan Agama?
Untuk Ini Baiklah Kita Ketahui Keterangan
Mohammad Hatta. Berbicara Tentang Hubungan Ilmu Dan Agama, Beliau Mengemukakan:
”Ilmu Mengenai Soal Pengetahuan; Agama Soal Kepercayaan. Pengetahuan Dan
Kepercayaan Adalah Dua Macam Sikap Yang Berlainan Dari Pada Keinsafan Manusia.
Pelita Ilmu Terletak Di Otak, Pelita Agama Terletak Di Hati.”
”Boleh Dikatakan : Ilmu Bermula Dengan
Sikap Tidak Percaya. Agama Bermula Dengan Percaya. Ia Menerima Suatu Kebenaran
Dengan Tidak Mau Dibantah. Kebenaran Agama Bersifat Absolut. Percaya Adalah
Pangkal Dan Tujuan Pengabdian Daripada Agama.”
”Sebagaimana Ilmu Yang Dipahamkan Dapat
Memperdalam Keyakinan Agama, Demikian Juga Kepercayaan Agama Dapat Memperkuat
Keyakinan Ilmu Dalam Menuju Cita-Citanya”.
”Ilmu, Terutama Ilmu Alam Dan Ilmu
Teknik, Telah Mencapai Tingkat Kemjuan Yang Begitu Tinggi, Sehingga Apabila
Tidak Dikekang Oleh Agama, Ia Mudah Menjadi Demon Yang Sehebat-Hebatnya”.
Setelah Mengutip Jeritan Jiwa Seorang
Pujangga Besar Albert Einstein Terhadap Kemajuan Ilmu, Yang Sebagian Besar
Diciptakannya Sendiri, (Yang Nanti Akan Kita Kutipkan Pula Dalam Pertemuan
Mendatang), Bung Hatta Menulis Pula:
”Sekian Albert Einstein! Ucapan Tegas Ini
Menyatakan, Bahwa Pikiran Yang Menciptakan Ilmu Dikontrole Oleh Hati Yang
Memeluk Perasaan Agama, Yang Memberikan Dasar Etik Kepada Pemakaian
Pendapat-Pendapat Ilmu Dalam Praktik Hidup. Tujuan Ilmu Harus Sejalan Dengan
Tujuan Agama, Yaitu Mencapai Kesejahteraan Umat Manusia. Lmu Adalah Alat;
Tujuan Ialah Kemakmuran Jasmani Dan Rohani.” 31).
Sebagai Panutup Bab Ini Baiklah Kita
Renungkan Firman Allah Swt. Dalam Al-Qur-Anu ’1-Karim:”Dan Sesungguhnya Kami
Jadikan Untuk (Isi) Neraka Jahanam Kebanyakan Dari Jin Dan Manusia. Mereka Mempunyai Qalbu, Tetapi Tidak Dipergunakan
Mereka Untuk Memahami 32). Dan Mereka Mempunyai Mata Tetapi Tidak Dipergunakan
Mereka Untuk Melihat 33) Dan Mereka Mempunyai Telinga Tetapi Tidak Dipergunakan
Untuk Mendengarkan 34). Mereka Itu Sebagai Binatang Ternak, Bahkan Mereka Lebih
Sesat Lagi. Mereka Itulah Orang-Orang Yang Lalai.” (Surah 7: Al-A’raf Ayat
179).
Langganan:
Postingan (Atom)